Makassar (5/3) – Bertema 'Pengelolaan
Zakat di Era 4.0, Amil Zakat Easy Going', Inisiatif Zakat Indonesia (IZI)
mengadakan seminar nasional yang diadakan di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar. Seminar ini terselenggara berkat kerjasama
antara Prodi Perbankan Syariah FEBI UIN Alauddin Makassar dengan IZI Sulawesi Selatan.
Seminar nasional ini menghadirkan tiga
narasumber. Dua narasumber yang berasal dari UIN Alauddin Makassar, yaitu,
Prof. Muslimin Kara, M. Ag, Guru Besar FEBI UIN Alauddin Makassar, dan Dr.
Muammar M. B, M. Ag, Dosen FEBI UIN Alauddin Makassar.
Sedangkan narasumber nasional lainnya,
yaitu Nana Sudiana, Sekretaris Jenderal Forum Zakat sekaligus Direktur
Pendayagunaan Inisiatif Zakat Indonesia.
Sebelumnya, IZI Sulawesi Selatan
memiliki perjanijian kerjasama dengan UIN Alauddin Makassar terkait
optimalisasi pengelolaan zakat dan pengabdian masyarakat, di mana FEBI ditunjuk
sebagai pelaksana universitas dalam menjalankan kesepakatan tersebut.
Sesi pertama seminar nasional dibuka
dengan sambutan dari Dekan FEBI, Prof. Abustani Ilyas, M. Ag. Dalam
sambutannya, Profesor Abustani menitipkan pesan bagi para amil di era digital
ini untuk memikirikan zakat itu sendiri bukan hanya bagaimana menghimpunnya,
tetapi juga memanfaatnya untuk sebesar-besarnya kemashlahatan umat.
Materi yang disampaikan para narasumber
pun sangat menarik. Prof. Muslimin Kara menyampaikan tiga hal penting yang
harus dimiliki amil zakat pada era 4.0, yaitu kemampuan mengolah data, literasi
teknologi, dan soft skill unggul untuk mengelola zakat.
“Berkaitan dengan era digitalisasi,
seharusnya amil zakat sudah harus memulai menghimpun zakat dengan cara digital
yang lebih modern,” tutur Muslimin Kara memulai materinya.
Sedangkan Dr. Muammar M.B, M. Ag, dalam
kesempatan itu menyampaikan terdapat dua hal penting di dunia zakat era modern,
yakni cara sosialisasi yang harus bersifat masif dan tidak terbatas dengan
teknik digitalisasi, dan kualitas branding yang dapat diterima masyarakat luas
agar zakat tidak lagi menjadi hal asing di tengah masyarakat.
Dr. Muammar juga menekankan bahwa di
era modern, profesi amil sudah bukan lagi hal yang tabu dan menjanjikan. “Kini
amil merupakan profesi yang diperhitungkan,” jelasnya.
Di kesempatan berikutnya, Nana Sudiana
menyampaikan bahwa industri zakat merupakan industri yang terus bertumbuh
setiap tahun dengan pertumbuhan lebih 30%.
“Era 4.0 merupakan era digital ekonomi,
di mana aktivitas ekonomi akan lebih banyak terjadi melalui teknologi digital,
sehingga lembaga zakat harus bisa memaksimalkan kesempatan ini untuk memberikan
edukasi kepada masyarakat terkait zakat,” terang penulis buku 'Pengelolaan
Zakat di Era 4.0, Amil Zakat Easy Going' itu.
Nana juga menyampaikan bahwa dengan
zakat pula, masyarakat miskin dapat diberdayakan agar bisa menjadi produktif,
sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan secara luas demi kemaslahatan umat.
Salah satu yang sudah dan masih dilakukan oleh IZI adalah dengan memberikan
modal usaha dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin dimana modal
tersebut bersumber dari dana zakat.
“Selain itu, saya sampaikan di zaman
modern ini amil bukan lagi profesi para orang tua, tetapi juga anak muda dan
merupakan profesi yang bisa menyejahterakan,” lanjut Nana Sudiana lagi.
Seminar ini disambut antusias oleh para
mahasiswa. Hal ini ditandai dengan membludaknya peserta seminar lebih dari
perkiraan panitia. Tidak kurang dari 300 mahasiswa menghadiri seminar ini.
Dalam pelaksanaannya, seminar ini juga
memberikan beasiswa kepada mahasiswa penghafal Al-Qur'an dari FEBI. Sebanyak 5
mahasiswa menjadi penerima beasiswa dari IZI. (Tri Novini/DH)
Sumber: Kumparan.com